Hai
dunia !! Perkenalkan namaku Beauty. Aku terlahir ke dunia tepat 15 tahun yang
lalu pada tanggal 25 Januari 1996. Terlahir sebagai anak terakhir di
tengah-tengah keluarga yang didominasi oleh laki-laki membuatku tumbuh menjadi
remaja yang tomboi. Ayahku laki-laki, kedua abangku laki-laki, dan bundaku
mantan juara karate tingkat nasional. Keluarga kami adalah keluarga super. Kau
tahu apa maksud super disini? Tak ada satupun dari kami yang lemah dalam hal
berkelahi, apalagi bunda. Statusnya sebagai mantan atlet membuat ia ditakuti
banyak orang, apalagi oleh ibu-ibu komplek yang teramat doyan menggosipkan
keluarga kami. Setiap bunda lewat di depan mereka, secepat angin gossip-gossip
murahan mulai berhembus dari bibir- bibir monster itu.
“Eh
jeng, itu Bu Sam lewat. Makin makmur aja tuh badan”
“Ya
ampun jeng ini, biasa atuh istri pejabat badannya makmur, kan duit buat beli
beras diambil dari duit Negara, duit Negara kan banyak gitu”
“Iya
ya, mobilnya juga udah nambah tuh.
Kemaren saya lihat anaknya yang nomor dua yang make”
Untungnya
bunda adalah sosok yang kuat, ia tak pernah terpengaruh dengan sindiran ataupun
berita-berita tak sedap yang dibuat-buat sendiri oleh warga yang tak suka
dengan keberadaan keluarga kami yang selalu terlihat harmonis.
Oya,
satu bulan lagi 2011 berakhir dan itu berarti 2012 akan datang. Jika kebanyakan
orang menginginkan perayaan ulang tahun di angka 17, maka aku tidak. Meski saat
ini aku telah duuk di bangku kelas 1 SMA, angka 16 tetap menjadi angka terindah
untukku pribadi. Angka dimana kau akan merayakan tahun terakhirmu sebagai
anak-anak sebelum angka 17 yang menuntutmu untuk mampu bersikap dewasa datang.
Jujur aku tak ingin melepaskan statusku sebagai anak-anak. Masa kecilku begitu
menyenangkan, orang-orang disekitarku selalu memanjakanku, dan pastinya aku tak
perlu repot memikirkan berbagai persoalan hidup yang seringkali membuat
orang-orang dewasa frustasi dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup.
Tunggu
! Sepertinya aku juga memiliki persoalan hidup yang hampir membuatku frustasi
dan untungnya tidak membuatku memilih untuk mengakhiri hidup. Beberapa hari
belakangan ini ada satu hal yang mengganggu pikiranku. Begini, di SMA-ku ada
satu anak laki-laki yang begitu aku kagumi, namanya Andre. Dia adalah seniorku.
Ia ampan, pintar, baik dan bintang di sekolah kami. Aku ingat, pertama kali
kami bertemu pada saat aku sedang mengikuti MOS. Karena aku begitu bandel dan
tak pernah mau menuruti keinginan para seniorku, aku diseret ke lapangan
sekolah dan disuruh untuk berdiri di depan tiang bendera. Aku diminta untuk
menghormati bendera.
“Makanya
jangan bandel, kalau diperintahin senior itu harusnya nurut, bukan malah
ngebantah”
“Masih
anak baru aja udah sok, gimana nanti kalau udah 1 tahun disini??!!”
“Pokoknya
sampai jam 2 siang nanti, kamu harus tetap berdiri disini. Hormatin tuh bendera
sampai puas !”
Saat
itu kondisiku sedang tidak fit namun aku tak mau mengelak, aku tak mau terlihat
lemah didepan senior-senior bodoh itu. Selama 7 jam aku berdiri sambil mengangkat
tangan serta wajahku ke arah bendera. Keringat-keringat batu meluncur dari
dahiku dan membasahi bibirku. Waktu telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, namun
tak ada satupun dari mereka yang menyuruhku untuk berhenti dan pulang. Aku tak
kuat lagi dan akhirnya jatuh menelungkup. Dagu dan dahiku menyentuh lantai lapangan
yang terbuat dari semen, membuatku tak mampu berdiri, sampai akhirnya seorang
laki-laki datang menghampiriku dan mengangkatku menuju ruang UKS.
“Aduhhh..sakit
kak”
“Tahan
ya, lukanya harus dibersihin biar kamu gak infeksi dik”
Di
ruang UKS, ia membersihkan lukaku dengan pelan. Sakit rasanya apalagi saat ia
menempelkan perban di daguku.
“Auuwwwww..Sakitt”
aku berteriak menahan sakit
“Udah
selesai kok, sekarang kamu istirahat aja dulu ya. Kakak ke kantin dulu ambilin
makanan buat kamu. Kamu belum makan kan?”
“Belum
kak”
“Yaudah
tunggu ya”
Aku
menunggu di ruang UKS sambil tidur di atas ranjang UKS. Tak lama kemudian ia
datang membawa makanan dan minuman untukku. Diberikannya sepiring nasi goreng kepadaku
untuk aku makan.
“Habisin
ya dik makanannya, muka kamu pucat banget tuh”
“Iya
kak, makasih ya”
“Sama-sama
dik. Oya, kamu Beauty kan?? Anak baru yang paling bandel dan gak pernah nurut
sama senior??!” ucapnya sambil tersenyum
“Hah??
Kakak tahu namaku?”
“Iyalah
dik, nama kamu udah terkenal di sekolah ini. Mereka bilang diantara anak baru
yang lagi MOS cuma kamu yang gak pernah nurut sama perintah mereka”
“Hehehe,
habis mereka nyuruh yang aneh-aneh kak. Masa aku disuruh nembak cowok yang gak
aku kenal??!!”
“Itulah
namanya MOS dik, di MOS-lah anak-anak baru diajak buat mengenal lingkungan yang
akan ditempatinya selama 3 tahun kedepan. Seharusnya kamu bisa manfaatin waktu
ini buat mengenal senior-senior kamu, karena untuk kedepannya kamu pasti butuh
bantuan mereka dalam belajar”
“Iya
sih kak, tapi….”
“Yaudah
makan aja dulu, gak perlu tegang gitu dik, biasa aja.Hehehe”
“Iya kak”
“Oya
namaku Andre, kalau kamu butuh bantuan atau apa, bilang aja sama aku. Sebisa
kubantu pasti aku bakal bantu”
“Iya
kak, makasih banyak ya Kak Andre” ucapku sambil tersenyum
Semenjak
hari itu kami menjadi sahabat. Sosoknya yang begitu bijaksana dan selalu ada
saat aku butuh membuatku begitu nyaman berada didekatnya. Dan satu lagi ia tak
pernah mempermasalahkan sikapku yang tomboi dan tetap memperlakukanku
sebagaimana ia memperlakukan wanita . Semua terasa begitu menyenangkan saat
kami bersama sampai suatu hari ia membantu teman satu kelasku yang tertimpa
kecelakaan, namanya Cantika. Aku tahu kalau Cantika menyukai Andre sejak Andre
menerima surat cintanya pada MOS kemarin dan karena kecelakaan itu mereka
semakin dekat. Awalnya aku tak terlalu mempermasalahkan kedekatan mereka karena
aku juga sering turut ikut bersama mereka. Namun lama-kelamaan sikap Cantika
menjadi aneh. Ia selalu membuat Andre agar menomorduakanku karena ia pikir aku
menyukai Andre, sampai akhirnya Cantika menembak Andre, Andre menerimanya dan
mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Aku tak berpikir aneh ataupun cemburu,
justru aku senang atas jadinya hubungan mereka. Memang awalnya aku tak cemburu
tapi lama-kelamaan aku merasa ada yang hilang. Aku kehilangan sosok Andre yang
selalu ada untukku saat aku membutuhkan bantuan.
Dan
itulah yang aku rasakan sekarang, hal yang membuatku hampir frustasi adalah
kehilangan Andre. Belakangan ini aku semakin merasa galau saat aku harus
mengakui bahwa aku menyukai Andre. Aku menyukainya layaknya seorang perempuan
menyukai seorang laki-laki, bukan sekedar rasa kagum akan sosok seorang kakak.
Di
masa-masa menjelang ujian semester aku semakin rindu padanya yang selalu
mengajarkan aku matematika. Maklum saja, untuk pelajaran heksakta, otakku bisa
dibilang sangat lambat. Sejak kecil aku sudah divonis oleh berbagai psikolog
bahwa otak kananku-lah yang paling dominan dan aktif. Itulah mengapa aku sering
meminta Andre mengajariku karena kedua abangku juga sibuk dan mereka tidak
punya terlalu banyak waktu untuk mengajariku. Dan sekarang, di minggu-minggu
sebelum ujian berlangsung, aku berjuang sendiri untuk bisa menaklukkan soal-soal
ini. Terkadang aku bermimpi bisa memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang
heksakta, namun orang-orang disekitarku terutama Andre seringkali menegurku.
“Coba
ya, aku bisa matematika. Kenapa aku harus jago di bidang seni?? Kenapa gak jago
di bidang hitung-hitungan aja?!!”
“Hussshhh.
Gak boleh ngomong gitu, seharusnya kamu bersyukur kamu bisa melukis, nyanyi,
nulis, dan buat film. Banyak loh diluar sana yang pengen punya kemampuan kayak
kamu termasuk aku”
“Iya
juga sih, tapi……”
“Pokoknya,
aku gak mau ngedenger kamu ngeluh lagi. Syukurilah talenta yang udah Tuhan
kasih buatmu, karena Tuhan gak sembarang dalam memberi talentaNya”
“Hmm,
iya deh, mulai sekarang aku bakal terus bersyukur dan ngurangin yang namanya
ngeluh”
“Sipp,
gitu kan enak”
Memang
aku berjanji untuk tidak mengeluh lagi, namun dibalik itu semua aku tetap ingin
menjadi orang yang jago dalam heksakta. Sepeninggal Andre, aku semakin giat
dalam mempelajari matematika. Setiap buku yang didalamnya terdapat soal
matematikanya aku lahap sampai habis. Tak lupa aku mengikuti private online
melalui salah satu web untuk menambah pengetahuanku.
Ulang
tahun ke-16 ! Ya, ini adalah salah satu bagian dari harapanku di ulang tahun
ke-16. Aku berharap di ulang tahun ke-16 ini, aku bisa mengerjakan soal-soal
heksakta dengan baik, aku tetap mempertahankan dan mengembangkan bakatku di
dunia seni, aku bisa mengaplikasikan Beauty yang sebenarnya didalam hidupku,
dan bisa kembali memiliki Andre. Hanya itu Tuhan, dan aku harap aku mampu.
*
Dua bulan kemudian
“ Tok…tok…tok…”
“Siapa???”
“Tok…tok..tok..”
“Aduh
siapa sih malam-malam gini ngetok-ngetok??!! Gak tau apa orang lagi enak-enakan
mimpi???!!”
Sreeeetttttttttttt….
“Surpriseeeee
! Happy birthday Beauty..happy birthday Beauty..happy birthday..happy birthday..happy
birthday Beauty. Yeahhh, make a wish dulu gih baru tiup lilin”
Hening sejenak.
“Amin
!”
“Tiup
gih lilinnya”
Lilin
didepanku terdiri dari dua angka, 1 dan 6. Itu berarti umurku sudah genap 16
tahun hari ini. Ada kebahagiaan tersendiri saat aku telah meniup angka 16
didepanku. 15 tahun yang lewat sudah aku lewati dengan begitu banyak pahit dan
manis dan sekarang di umur yang ke-16, aku berharap aku juga bisa melewati itu
semua dengan baik. Umur baru, tantangan baru, dan tentunya harapan baru. Tuhan,
aku tak meminta kemudahan dariMu, yang aku minta hanyalah sebuah kekuatan yang
memampukanku tuk bisa wujudkan semua impianku.
Oya,
ada yang terlupa. Apa kalian masih ingat bagian dari harapanku di ulang tahun
ke-16? Bisa mengerjakan soal-soal heksakta dengan baik, tetap mempertahankan
dan mengembangkan bakat di dunia seni, mengaplikasikan Beauty yang sebenarnya,
dan kembali memiliki Andre. Ya, ke-4 harapanku itu masih ada dalam benak dan
pikiranku. Dan apa kalian tahu kalau semua itu hampir terwujud?? Ya, di
masa-masa menjelang ujian semester kemarin aku berjuang mati-matian agar nilai
matematikaku mendapat nilai yang baik dan ternyata aku mendapat nilai tertinggi
dikelas, yaitu 100. Seorang sahabat penaku yang berasal dari Manado mengajakku
untuk membuat novelete duet bertemakan Usia 16 dan sekarang novel itu telah
terbit dan dijual di berbagai toko buku. Diantara 4 harapan yang kucantumkan
tersisa dua harapan yang belum terwujud, tapi apa kalian tahu kalau sisa
harapan itu terwujud detik ini juga??!!
“Dik,
maafin aku ya. Kemarin-kemarin aku ninggalin kamu gitu aja waktu aku udah punya
pacar. Jujur aku ngerasa kehilangan momen-momen kita dulu dan sekarang aku cuma
bisa bilang happy bornday ya cantik”
“Hehehe,
iya santai aja sih kak, gak usah tegang gitu ngomongnya. Eh, tapi aku bukan
cantik loh kak, aku Beauty. Cantik kan nama pacar kakak”
“Dik,
aku sama Cantika udah putus dari sebulan yang lalu”
“Hah?
Kok bisa?”
“Aku
gak suka sifatnya. Egois, posesif, sok paling cantik sendiri, ya gitu deh,
pokoknya aku gak suka sifatnya. Sebenarnya kemarin aku nerima dia cuma buat
manasin seseorang aja, tapi sayangnya dia gak panas-panas tuh”
“Seseorang?Siapa
kak?”
“Hmmm,
kasihtau gak ya….”
“Kasihtau
sih kak”
“Hmm,
orangnya cantik, rambutnya hitam panjang, hidungnya mancung, paling bolot sama
yang namanya matematika, tomboi, seniman sejati, dan sekarang dia ada didepan
aku”
“Hehehe.
Speechless nich kak”
“Aku
cuma pengen kamu tahu aja kok dek. Dari awal kita ketemu di lapangan upacara, aku
udah tertarik sama kamu. Sekarang sih aku gak minta kamu buat nerima aku, tapi
nanti waktu kamu udah 17, aku harap kamu bisa terima aku”
“Makasih
ya kak, aku juga sebenarnya suka. Tapi kakak tahu kan, detik ini aku baru resmi
16 tahun. Emang tahan nunggu setahun lagi? Hayoo??!”
“Aku
bakal tunggu kok, aku janji. Oya, aku suka sama sifatmu yang sekarang dan aku
harap kamu gak berubah. Tetaplah apa adanya, karena tanpa harus dipoles
sedikitpun, kamu udah nunjukin Beauty yang sebenarnya dengan semua kebaikanmu”
Oh
Tuhan, semuanya terwujud. Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi. Cuma bisa bilang
terimakasih Tuhan, terimakasih 16, selamat ulang tahun Beauty.
“ Kau tak perlu menjadi orang lain
untuk bisa diterima oleh dunia sekitarmu. Jadilah dirimu sendiri dan berjuanglah
untuk tetap apa adanya”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyright : Rahel Simbolon
Won on Event Buah Karya Penulis_Ulang Tahun ke-16