Wednesday, July 4, 2012

When You Believe

There can be miracles.
When you believe.
“Akan ada keajaiban ketika kau percaya”. Lagu "When You Believe" yang dipopulerkan oleh Mariah Carey, Whitney Houston & David Archuleta ini adalah the most favorite song buat kehidupan saya pribadi. Liriknya benar-benar kuat, menyentuh, dan memotivasi. Rasanya semangat yang hampir pudar seakan kembali lagi saat mendengar lagu ini. Sering saya merasa harapan dan mimpi saya sulit untuk tercapai apalagi di tengah banyaknya orang yang sering membuat saya patah semangat “Sudahlah! Untuk apa bermimpi terlalu tinggi, nanti kamu bisa jatuh kalau kamu tidak bisa mendapatkannya”. Inilah kalimat yang sering membuat saya putus asa dan berhenti untuk bermimpi bahkan berdoa. Terkadang saya jadi sering tidak percaya dengan Tuhan saat doa yang saya naikkan berulang kali tidak ada jawaban, padahal saya tahu bahwa Tuhan tidak pernah tidak memberikan jawaban. Tapi semenjak saya mendengar lagu ini, pola pikir dan kehidupan saya mulai berubah. Saya semakin percaya bahwa keajaiban itu nyata. Cukup dengan percaya sekalipun sulit rasanya untuk mempercayai dan meyakininya. Pada akhirnya saya harus mengakui bahwa lagu ini benar-benar menginspirasi saya untuk terus berjuang menghadapi badai kehidupan yang akan terus terjadi di hari-hari kedepan. Lagu yang memberikan kesan yang dalam yang membuat saya akhirnya menganggap lagu ini sebagai lagu yang benar-benar mewakili diri serta kehidupan saya.

Tuesday, July 3, 2012

Suka Duka Anak Pertama


Aku terlahir sebagai anak pertama dalam sebuah keluarga kecil, dimana aku memiliki Mama , Bapa dan adik yang saat ini tengah duduk di bangku sekolah. Berbicara mengenai anak pertama tentunya berbicara mengenai ketidakadilan yang sering digaung-gaungkan oleh sang adik. “Kok kakak terus yang duluan? Mama pilih kasih ah, mentang-mentang kakak anak pertama, kepentingan kakak trus yang didahuluin”. Begitulah sekilas yang sering aku alami tatkala aku meminta sesuatu dan Mama mengabulkannya. Memang menjadi anakpertama terkadang menyenangkan, namun saat sang adik tak suka dengan keberadaan kita tentu saja membuat kita merasa asing berada di dalam rumah itu. Padahal untuk urusan pendidikan, aku sudah berusaha untuk mengalah sejak aku masih duduk di bangku sekolah hingga sekarang aku duduk di bangku perguruan tinggi. Hanya saja sekali aku meminta, apa yang kuminta benar-benar sulit untuk didapatkan dan jika dikaitkan dengan materi, apa yang kuminta seringkali bernilai mahal. Untuk urusan pendidikan, aku selalu mengalah dengan lebih memilih sekolah negeri sementara ia bersekolah di sekolah swasta. Bahkan sampai saat ini, ia lulus dari SMA Swasta, sementara aku, sejak SMA hingga sekarang, aku duduk di bangku milik Negeri.
Sisi pedih yang juga kualami dengan statusku sebagai anak pertama ialah saat kedua orangtuaku menuntutku untuk melakukan hal yang lebih. Mereka menuntutku untuk bisa menjadi pribadi yang luar biasa. Sedikitpun aku tak boleh memiliki celah sekalipun aku katakan bahwa kapasitasku juga terbatas. Sementara adikku, kehidupannya jauh lebih bebas, tanpa tuntutan, dan tanpa tekanan. Sampai-sampai aku sering menyatakan bahwa aku benci dengan statusku. Aku juga ingin memiliki contoh, memiliki teladan , memiliki kakak ataupun abang yang bisa melindungi dan mengajariku dan aku ingin sekali lepas dari tekanan-tekanan itu. Setiap kali aku melihat dua orang kakak beradik yang tampak saling mengasihi, aku selalu iri, terlebih jika aku mendengar temanku yang sebaya denganku memiliki kakak yang selalu bisa melindungi dan mengasihinya. Memang tak ada pilihan yang tak memiliki sisi positif dan sisi negatif. Menjadi anak pertama memang menyenangkan, karena anak pertama-lah yang sering dimuliakan atas kedatangannya yang perdana. Namun di balik kesenangan itu, ada sisi pedih  yang tentunya sering dialami oleh anakpertama, yaitu menjadi luar biasa. Tuntutan untuk luar biasa adalah hal yang seringkali menjadi tekanan dan bagi pribadiku sendiri, tuntutan untuk luar biasa adalah tekanan yang sangat menyengsarakan. Tetapi itu semua kembali pada diri kita masing-masing. Setiap orang memiliki hidup dan pendapat yang berbeda. Jika saya berpendapat seperti ini, belum tentu orang lain berpendapat demikian. Akhir kata, apapun status anda, baik anak pertama, anak tengah, ataupun anak bungsu, jadilah anak yang membanggakan untuk dunia sekitar anda.

" Tulisan ini diikutsertakan pada Hajatan Anak Pertama yang diadakan oleh Sulung Lahitani "