Waktu sudah menunjukkan
pukul 06.30 WIB, namun Bono tetap saja meringkuk di kasurnya. Beda halnya
dengan Boni yang sejak pukul 05.00 WIB telah bangun dan membantu Mama di dapur.
Sekalipun hari itu ialah hari libur, Boni tetap bangun pagi untuk membantu
membersihkan rumah.
“Ya ampun Bono. Ini udah jam
berapa, Nak?! Kamu mau sampai kapan tidur?! Ayo bangun, bangun!” Tidak sabar,
Mama pun memukul-mukul tubuh Bono pelan dengan bantal guling.
“Bono masih ngantuk, Ma.
Lagian ini kan hari libur. Bono mau tidur sampai siang” jawab Bono malas.
“Nggak boleh gitu. Abang
kamu aja udah bangun dari jam 5 tadi bantuin Mama masak, bantuin Papa nyuci
motor, nyapu halaman”
“Tuh kan. Mama bandingin
Bono sama Boni terus”
“Abang Boni. Jangan
sekali-kali panggil abang kamu dengan namanya aja. Oke. Sekarang ayo bangun.
Beresin tempat tidur lalu mandi”
“Iya Ma”
Dengan malas Bono
membereskan tempat tidurnya kemudian beranjak keluar untuk mandi. Tempat tidur
belum sepenuhnya rapi, namun Bono meninggalkannya begitu saja. Tak lama
kemudian Boni muncul dengan sapu di tangannya lalu mulai membersihkan kamar
tersebut dan tempat tidur Bono hingga terlihat rapi. Boni memang abang yang
baik, sayangnya Bono tidak pernah suka dengan abangnya yang terus-menerus
dipuji oleh kedua orangtuanya.
*
Setelah mandi, Bono
bergabung di meja makan. Mama, Papa, dan Boni yang juga telah mandi telah siap
dengan makanan masing-masing.
“Ma, kok nggak ada daging
ayam? Masa cuma tahu, tempe, sama sayur aja?”
“Papa kamu belum gajian.
Makan yang ada aja dulu ya Bono. Ingat, di jalanan sana masih banyak
saudara-saudara kita yang belum tentu bisa makan”
“Sejak kapan Bono punya
saudara di jalanan? Bono cuma punya satu abang yang nyebelin”
“Bono ! Jangan buat Mama
sama Papa emosi ya. Sekarang kamu makan, nggak usah minta yang macam-macam.
Sehabis makan, kita ke kebun. Bantuin Mama sama Papa nyiangin rumput”
“Tapi Ma. Hari ini ada Film
Kartun. Bono mau nonton”
“Untuk kali ini tolong nurut
sama Papa-Mama ya Bono. Nanti sehabis nyiangin rumput, Papa beliin es krim buat
kalian berdua”
Bono tak menyahut. Ia mulai
menyantap hidangan yang tersedia. Setelah selesai makan, Bono bermain di
kamarnya, ia tak peduli dengan teriakan Mama yang memanggilnya untuk membantu
Boni mencuci piring. Tak lama kemudian Papa menghampirinya ke kamar.
“Bono, kita ke kebun yuk”
“Malas Pa. Bono mau nonton.
Bono mau main”
“Masa main sendiri? Mending
main sama Papa, Mama, dan Abang di kebun. Lebih seru. Nanti Papa beliin es
krim”
“Hmmmm”
*
Kebun itu ditumbuhi oleh banyak
pohon pepaya, nangka, singkong, cabe, daun bawang, dan jeruk lemon. Mama sedang
menanam bibit terong, Papa memetik buah-buah yang telah matang, sementara Boni
dan Bono menyiangi rumput. Karena rumput-rumput tersebut masih cukup muda,
mereka diminta untuk menyianginya dengan menggunakan tangan. Bono yang melihat
sabit tergeletak tidak mengacuhkan perintah kedua orangtuanya dan memilih
menggunakan sabit.
“Bono, jangan pake sabit,
Nak. Bahaya. Nanti bisa luka. Pakai tangan aja ya” ujar Papa mengambil sabit
dari tangan Bono. Setelah Papa sedikit menjauh, Bono kembali menggunakan sabit
hingga pada akhirnya terdengar teriakan.
“Aduuuuhhhhhh. Ma ! Pa !
Tangan Bono. Aduuuhh” Bono meringis kesakitan. Sedikit luka terlihat di telapak
tangan kirinya.
“Bono...Bono..Udah
dibilangin jangan pake sabit, masih aja ngelawan. Sekarang rasain kan
akibatnya” Mama meraih tangan Bono dan mengobatinya dengan peralatan P3K yang
sengaja dibawa.
“Lain kali nurut sama
nasehat orangtua ya, Nak. Jangan ngelawan terus”
“Iya Pa. Maafin Bono, Ma,
Pa, Bang”
“Yaudah kita pulang aja yuk.
Biar Bono istirahat di rumah aja” Ajak Papa menggandeng tangan Bono diiringi
Mama yang menggandeng tangan Boni. Sekilas Bono menoleh ke belakang menatap
Boni.
“Makasih sudah beresin
tempat tidur Bono ya Bang”