Sunday, May 26, 2013

Akibat Melawan



Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, namun Bono tetap saja meringkuk di kasurnya. Beda halnya dengan Boni yang sejak pukul 05.00 WIB telah bangun dan membantu Mama di dapur. Sekalipun hari itu ialah hari libur, Boni tetap bangun pagi untuk membantu membersihkan rumah.
“Ya ampun Bono. Ini udah jam berapa, Nak?! Kamu mau sampai kapan tidur?! Ayo bangun, bangun!” Tidak sabar, Mama pun memukul-mukul tubuh Bono pelan dengan bantal guling.
“Bono masih ngantuk, Ma. Lagian ini kan hari libur. Bono mau tidur sampai siang” jawab Bono malas.
“Nggak boleh gitu. Abang kamu aja udah bangun dari jam 5 tadi bantuin Mama masak, bantuin Papa nyuci motor, nyapu halaman”
“Tuh kan. Mama bandingin Bono sama Boni terus”
“Abang Boni. Jangan sekali-kali panggil abang kamu dengan namanya aja. Oke. Sekarang ayo bangun. Beresin tempat tidur lalu mandi”
“Iya Ma”
Dengan malas Bono membereskan tempat tidurnya kemudian beranjak keluar untuk mandi. Tempat tidur belum sepenuhnya rapi, namun Bono meninggalkannya begitu saja. Tak lama kemudian Boni muncul dengan sapu di tangannya lalu mulai membersihkan kamar tersebut dan tempat tidur Bono hingga terlihat rapi. Boni memang abang yang baik, sayangnya Bono tidak pernah suka dengan abangnya yang terus-menerus dipuji oleh kedua orangtuanya.
                                                            *
Setelah mandi, Bono bergabung di meja makan. Mama, Papa, dan Boni yang juga telah mandi telah siap dengan makanan masing-masing.
“Ma, kok nggak ada daging ayam? Masa cuma tahu, tempe, sama sayur aja?”
“Papa kamu belum gajian. Makan yang ada aja dulu ya Bono. Ingat, di jalanan sana masih banyak saudara-saudara kita yang belum tentu bisa makan”
“Sejak kapan Bono punya saudara di jalanan? Bono cuma punya satu abang yang nyebelin”
“Bono ! Jangan buat Mama sama Papa emosi ya. Sekarang kamu makan, nggak usah minta yang macam-macam. Sehabis makan, kita ke kebun. Bantuin Mama sama Papa nyiangin rumput”
“Tapi Ma. Hari ini ada Film Kartun. Bono mau nonton”
“Untuk kali ini tolong nurut sama Papa-Mama ya Bono. Nanti sehabis nyiangin rumput, Papa beliin es krim buat kalian berdua”
Bono tak menyahut. Ia mulai menyantap hidangan yang tersedia. Setelah selesai makan, Bono bermain di kamarnya, ia tak peduli dengan teriakan Mama yang memanggilnya untuk membantu Boni mencuci piring. Tak lama kemudian Papa menghampirinya ke kamar.
“Bono, kita ke kebun yuk”
“Malas Pa. Bono mau nonton. Bono mau main”
“Masa main sendiri? Mending main sama Papa, Mama, dan Abang di kebun. Lebih seru. Nanti Papa beliin es krim”
“Hmmmm”
                                                            *
Kebun itu ditumbuhi oleh banyak pohon pepaya, nangka, singkong, cabe, daun bawang, dan jeruk lemon. Mama sedang menanam bibit terong, Papa memetik buah-buah yang telah matang, sementara Boni dan Bono menyiangi rumput. Karena rumput-rumput tersebut masih cukup muda, mereka diminta untuk menyianginya dengan menggunakan tangan. Bono yang melihat sabit tergeletak tidak mengacuhkan perintah kedua orangtuanya dan memilih menggunakan sabit.
“Bono, jangan pake sabit, Nak. Bahaya. Nanti bisa luka. Pakai tangan aja ya” ujar Papa mengambil sabit dari tangan Bono. Setelah Papa sedikit menjauh, Bono kembali menggunakan sabit hingga pada akhirnya terdengar teriakan.
“Aduuuuhhhhhh. Ma ! Pa ! Tangan Bono. Aduuuhh” Bono meringis kesakitan. Sedikit luka terlihat di telapak tangan kirinya.
“Bono...Bono..Udah dibilangin jangan pake sabit, masih aja ngelawan. Sekarang rasain kan akibatnya” Mama meraih tangan Bono dan mengobatinya dengan peralatan P3K yang sengaja dibawa.
“Lain kali nurut sama nasehat orangtua ya, Nak. Jangan ngelawan terus”
“Iya Pa. Maafin Bono, Ma, Pa, Bang”
“Yaudah kita pulang aja yuk. Biar Bono istirahat di rumah aja” Ajak Papa menggandeng tangan Bono diiringi Mama yang menggandeng tangan Boni. Sekilas Bono menoleh ke belakang menatap Boni.
“Makasih sudah beresin tempat tidur Bono ya Bang”

No comments:

Post a Comment